Rosadi Jamani, Dosen UNU Kalimantan Barat
Pendahuluan
Sepakbola, sebagai olahraga paling populer di
dunia, memiliki peran penting dalam menyatukan masyarakat global
Pada pertandingan Senin malam, 15 April 2024,
Timnas Indonesia U-23 berhadapan dengan Timnas Qatar U-23. Meskipun gemerlap
sorakan suporter memenuhi stadion, di balik layar, terdapat ketegangan dan
perjuangan yang tidak selalu terlihat. Kedua tim berusaha keras untuk meraih
kemenangan. Namun, Qatar berhasil unggul dengan skor 2-0. Gol-gol dari Khaled
Ali dan Ahmed Al Rawi membawa Qatar menuju kemenangan.
Di akhir babak pertama, Timnas Indonesia
dihukum penalti setelah Rizky Ridho melakukan pelanggaran di kotak penalti.
Babak kedua, permainan semakin tegang dan cenderung kasar. Dua kartu merah
dilayangkan wasit Ivar Jenner dan Ramadan Sananta. Kondisi ini membuat
permainan Timnas menurun. Pada akhirnya laga dimenangkan oleh Qatar. Di balik
laga tersebut penuh kontroversial. Salah satunya aksi diving (pura-pura jatuh)
pemain Qatar membuat Ivar Jenner mendapat kartu merah. Wasit tak mau menggunaan
Video Assitent Referee (VAR). Padahal, Ivar Jenner tidak menyentuh pemain
Qatar. Ada sejumlah pelanggaran lagi yang lebih banyak menguntungkan Qatar. Laga
tersebut membuat pelatih Indonesia, Shin Tae-yong menyatakan, ini pertunjukkan
komedi
Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih
dalam tentang realitas pahit yang sering kali tersembunyi di balik gemerlap
pertandingan sepakbola. Meskipun sepakbola sebagai olahraga paling populer di
dunia mampu menyatukan masyarakat global, harus menghadapi fakta bahwa
kecurangan dapat merusak integritas olahraga ini. Dengan hasil pertandingan
Timnas Indonesia U-23 melawan Qatar di Piala Asia U-23, artikel ini akan
mengupas tantangan dan kontroversi untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi
di lapangan hijau.
Sejarah Kecurangan dalam Sepakbola
Kecurangan dalam sepakbola telah menjadi
sorotan sejak pertandingan pertama kali digelar. Sebagai olahraga yang memikat
perhatian miliaran penggemar di seluruh dunia, sepakbola kerap menjadi sasaran
empuk bagi pihak-pihak yang ingin memanipulasi hasil pertandingan demi
keuntungan pribadi atau tim. Salah satu kasus kecurangan paling mencolok dalam
sejarah sepakbola adalah skandal "Calciopoli" yang mengguncang dunia
sepakbola Italia pada tahun 2006
Meski skandal Calciopoli menjadi sorotan
internasional, kecurangan dalam sepakbola bukanlah fenomena eksklusif Italia.
Di berbagai belahan dunia, kasus-kasus kecurangan serupa juga telah terjadi,
menggugah kesadaran akan urgensi pencegahan dan penindakan kecurangan dalam
olahraga ini
Sebagai respons terhadap meningkatnya kasus kecurangan, banyak liga dan organisasi sepakbola mulai mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat. Mereka meningkatkan pengawasan dan pengendalian, memperkuat aturan dan sanksi, serta menggandeng pihak-pihak terkait seperti polisi dan badan anti-korupsi untuk membantu dalam deteksi dan penindakan kecurangan. Meski demikian, perang melawan kecurangan dalam sepakbola masih terus berlanjut, menuntut komitmen dan kolaborasi semua pihak untuk menjaga integritas dan fair play dalam olahraga.
Jenis-Jenis Kecurangan dalam Sepakbola
Ada beberapa jenis kecurangan yang sering
terjadi dalam sepakbola, antara lain manipulasi skor dan hasil pertandingan
Kecurangan dalam sepakbola memiliki berbagai
bentuk dan metode yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Salah satu jenis kecurangan yang paling sering terjadi adalah manipulasi skor
dan hasil pertandingan. Sindikat taruhan ilegal seringkali memanipulasi hasil
pertandingan dengan mempengaruhi pemain, ofisial, atau bahkan wasit untuk
memastikan taruhan mereka menang. Skema ini biasanya melibatkan suap, ancaman,
atau insentif finansial lainnya kepada pihak-pihak yang terlibat.
Selain manipulasi skor, ada juga jenis
kecurangan lain yang berhubungan dengan pelanggaran aturan dalam permainan.
Diving atau simulasi, di mana pemain berpura-pura jatuh atau cedera untuk
mendapatkan pelanggaran dari lawan atau tendangan bebas, adalah contoh nyata
dari kecurangan ini. Tidak hanya merugikan integritas permainan, tindakan
seperti ini juga dapat mempengaruhi hasil pertandingan dan memberikan
keuntungan tidak adil bagi salah satu tim.
Korupsi dan pengaruh di balik layar juga
merupakan bentuk kecurangan yang sering terjadi dalam sepakbola
Dampak Kecurangan
Terhadap Sepakbola
Kecurangan dalam sepakbola memiliki dampak
yang merugikan, baik bagi klub dan liga maupun para pemain dan suporter
Kecurangan dalam sepakbola tidak hanya
merugikan tim atau individu yang terlibat, tetapi juga memiliki dampak yang
luas terhadap integritas dan reputasi olahraga ini secara keseluruhan. Dari
sisi finansial, kecurangan dapat menyebabkan kerugian besar bagi klub dan liga.
Denda, hukuman, dan penurunan pendapatan dari sponsor dan hak siar adalah
konsekuensi langsung yang dapat menghantam keuangan dan operasional klub.
Selain itu, reputasi yang rusak akibat kecurangan dapat menghalangi investasi
baru, mengurangi jumlah penonton, dan mempengaruhi nilai jual hak siar,
mengancam stabilitas keuangan dan pertumbuhan ekonomi sepakbola.
Dampak psikologis juga menjadi salah satu
konsekuensi serius dari kecurangan dalam sepakbola. Pemain dan pelatih yang
terlibat dalam kecurangan mungkin mengalami tekanan mental, stres, dan gangguan
emosional akibat tekanan untuk meraih kemenangan dan keuntungan. Mereka juga
berisiko mengalami stigmatisasi dan penolakan dari masyarakat dan komunitas
sepakbola. Di sisi lain, suporter yang mengetahui atau menduga adanya
kecurangan dalam tim atau liga kesayangan mereka bisa kehilangan kepercayaan,
semangat, dan minat dalam mendukung olahraga ini, mengurangi ikatan emosional
dan komitmen mereka terhadap sepakbola.
Selain dampak finansial dan psikologis,
kecurangan dalam sepakbola juga merusak integritas dan fair play, dua prinsip
dasar yang menjadi pondasi olahraga ini. Ketika kecurangan dibiarkan dan tidak
ditindaklanjuti dengan sanksi yang tegas, hal ini dapat menciptakan budaya yang
tidak sehat di dalam dunia sepakbola, mempengaruhi moral dan etika atlet,
pelatih, dan pengurus klub. Lebih lanjut, hal ini juga dapat merusak citra
positif sepakbola sebagai olahraga yang adil, kompetitif, dan inspiratif,
mengancam eksistensi dan pertumbuhan olahraga ini di masa depan.
Upaya Pencegahan dan Penindakan
Untuk mengatasi masalah kecurangan, banyak
organisasi sepakbola internasional telah mengambil langkah-langkah pencegahan
yang ketat. Mereka meningkatkan pengawasan dan pengendalian, menggunakan
teknologi canggih untuk mendeteksi kecurangan, serta memberlakukan sanksi tegas
bagi pelaku kecurangan. Selain itu, kampanye edukasi dan kesadaran juga
dilakukan untuk meningkatkan integritas dan fair play di semua level
pertandingan.
Menghadapi ancaman kecurangan yang semakin
kompleks dan merajalela, banyak organisasi sepakbola internasional bergerak
cepat untuk mengimplementasikan langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat.
Salah satu inisiatif utama adalah meningkatkan pengawasan dan pengendalian
dalam pertandingan, termasuk penggunaan teknologi canggih seperti VAR (Video
Assistant Referee)
Selain penguatan pengawasan, pihak-pihak
terkait juga gencar melakukan kampanye edukasi dan kesadaran tentang pentingnya
integritas dan fair play dalam sepakbola
Tidak kalah pentingnya, organisasi sepakbola
juga memperkuat kerjasama dengan pihak berwenang seperti kepolisian, badan
anti-korupsi, dan lembaga regulasi lainnya untuk mendeteksi, menyelidiki, dan
menindaklanjuti kasus kecurangan dengan sanksi yang tegas. Kolaborasi lintas
sektor ini memungkinkan pertukaran informasi, sumber daya, dan keahlian,
memperkuat efektivitas dalam pencegahan dan penindakan kecurangan. Dengan
pendekatan yang terintegrasi dan sinergis, diharapkan dapat diciptakan
lingkungan sepakbola yang lebih aman, adil, dan transparan bagi semua pihak
yang terlibat.
Kesimpulan
Sepakbola adalah olahraga yang indah dan penuh gairah, namun kecurangan sering kali mengancam integritas dan kejujurannya. Untuk mempertahankan keaslian dan kepercayaan masyarakat terhadap sepakbola, kolaborasi antara klub, pemain, suporter, dan organisasi sepakbola sangatlah penting. Hanya dengan kerjasama dan komitmen bersama, kita dapat menjaga kejujuran dan fair play di hijau lapangan.
Berikut ini saran saya untuk sepakbola agar
bebas dari segala kecurangan:
1. Penguatan Pengawasan dan Pengendalian:
Implementasikan teknologi canggih seperti VAR untuk
memeriksa kembali kejadian-kejadian penting dalam pertandingan. Teknologi ini
dapat membantu wasit dan ofisial pertandingan dalam membuat keputusan yang
lebih objektif dan mengurangi risiko manipulasi hasil pertandingan.
2. Program Edukasi dan Kesadaran: Gelar
program edukasi dan kesadaran tentang integritas dan fair play bagi atlet,
pelatih, ofisial, dan suporter. Dalam program ini, sampaikan informasi tentang
dampak negatif kecurangan dan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai
sportivitas dalam sepakbola.
3. Kolaborasi dengan Pihak Berwenang:
Tingkatkan kerjasama dengan kepolisian, badan anti-korupsi, dan lembaga
regulasi lainnya untuk mendeteksi, menyelidiki, dan menindaklanjuti kasus kecurangan.
Pertukaran informasi dan sumber daya antara organisasi sepakbola dan pihak
berwenang dapat memperkuat efektivitas dalam pencegahan dan penindakan
kecurangan.
4. Penerapan Sanksi Tegas: Terapkan sanksi
yang tegas dan konsisten bagi individu atau tim yang terbukti melakukan
kecurangan. Sanksi ini dapat berupa denda, diskualifikasi, atau larangan
bermain untuk jangka waktu tertentu, sebagai bentuk hukuman dan efek jera.
5. Transparansi dan Akuntabilitas: Mendorong
transparansi dalam semua aspek manajemen dan operasional klub, termasuk
keputusan transfer pemain, kontrak sponsor, dan keuangan. Dengan adanya
transparansi, masyarakat dan suporter dapat memonitor dan menilai kinerja klub
dengan lebih objektif dan kritis.
6. Pengembangan Budaya Integritas: Bangun
budaya organisasi yang kuat berdasarkan integritas, etika, dan nilai-nilai
sportivitas. Melalui pendidikan, pelatihan, dan komunikasi yang
berkesinambungan, dorong semua pihak yang terlibat dalam sepakbola untuk menjunjung
tinggi integritas dan fair play sebagai prinsip dasar dalam setiap aktivitas
dan keputusan.
Dengan penerapan saran-saran konkret di atas secara konsisten dan berkesinambungan, diharapkan sepakbola dapat menjadi olahraga yang bebas dari segala bentuk kecurangan dan menjaga integritas serta reputasi sebagai olahraga yang adil, kompetitif, dan inspiratif bagi semua pihak yang terlibat.
Referensi
Abd Ali,
Z. N. (2023). FINANCIAL FAIR PLAY IN EUROPEAN FOOTBALL CLUBS. JOURNAL OF
HUMANITIES SOCIAL SCIENCES AND BUSINESS (JHSSB), 3(1).
https://doi.org/10.55047/jhssb.v3i1.851
Alonso
Dos Santos, M., Sánchez-Franco, M. J., Torres-Moraga, E., & Calabuig
Moreno, F. (2023). Effectiveness of sponsoring the video assistant referee
system: a comparative exploratory study. International Journal of
Sports Marketing and Sponsorship, 24(2).
https://doi.org/10.1108/IJSMS-05-2022-0107
Ariefana,
P. (2024). Aroma Kecurangan Qatar vs Timnas Indonesia Tercium dari Sebelum
Pertandingan, Shin Tae-yong Bongkar Detail Ceritanya. Suara.Com.
https://www.suara.com/bola/2024/04/16/112337/aroma-kecurangan-qatar-vs-timnas-indonesia-tercium-dari-sebelum-pertandingan-shin-tae-yong-bongkar-detail-ceritanya
Bagar
Reza Murti. (2024). Shin Tae-yong Usai Timnas U-23 Indonesia Kalah dari
Qatar: Ini Bukan Pertandingan Sepak Bola, Ini Pertunjukkan Komedi!
Bolasport.Com.
https://www.bolasport.com/read/314065134/shin-tae-yong-usai-timnas-u-23-indonesia-kalah-dari-qatar-ini-bukan-pertandingan-sepak-bola-ini-pertunjukkan-komedi
Baroncelli,
A. (2016). Calciopoli: Reasons and Scenarios for the Soccer Scandal. Italian
Politics, 22(1). https://doi.org/10.3167/ip.2006.220113
Buraimo,
B., Migali, G., & Simmons, R. (2016). An Analysis of Consumer Response to
Corruption: Italy’s Calciopoli Scandal. Oxford Bulletin of Economics and
Statistics, 78(1), 22–41. https://doi.org/10.1111/obes.12094
Buyukcelebi,
H., Duz, S., Acak, M., Nalbant, U., Svatora, K., Gabrys, T., & Karayigit,
R. (2022). Development of the Effect of Video Assistant Referee Application on
Football Parameters. Applied Sciences (Switzerland), 12(12).
https://doi.org/10.3390/app12126088
Constantinou,
A. C., & Fenton, N. E. (2013). Determining the level of ability of
football teams by dynamic ratings based on the relative discrepancies in
scores between adversaries. Journal of Quantitative Analysis in Sports,
9(1), 37–50. https://doi.org/10.1515/jqas-2012-0036
Distaso,
W., Leonida, L., Maimone Ansaldo Patti, D., & Navarra, P. (2012).
Corruption and Referee Bias in Football: The Case of Calciopoli. SSRN
Electronic Journal, 25–26. https://doi.org/10.2139/ssrn.2004385
Garcia-Mas,
A., Fuster-Parra, P., Ponseti, F.-J., Palou, P., Olmedilla, A., & Cruz, J.
(2015). Análisis de las relaciones entre la motivación, el clima motivacional
y la ansiedad competitiva en jóvenes jugadores de equipo mediante una red
Bayesiana. Anales de Psicología, 31(1).
https://doi.org/10.6018/analesps.31.1.167531
Giulianotti,
R., Bonney, N., & Hepworth, M. (2004). Football, Violence and Social
Identity. In Football, Violence and Social Identity.
https://doi.org/10.4324/9780203639887
Hamsund,
T., & Scelles, N. (2021). Fans’ Perceptions towards Video Assistant
Referee (VAR) in the English Premier League. Journal of Risk and Financial
Management, 14(12). https://doi.org/10.3390/jrfm14120573
Indrawan,
J., & Aji, M. P. (2019). Olahraga sebagai Sarana Pemersatu Bangsa dan
Upaya Perdamaian Dunia [Sports as an Instrument of Unifying a Nation and
Achieving World Peace]. Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
(International Relations Journal), 10(20), 64.
https://doi.org/10.19166/verity.v10i20.1459
Krambia
Kapardis, M., & Levi, M. (2023). Fraud and corruption in football: lessons
from a survey of match-fixing in Cyprus. Journal of Financial Crime, 30(4).
https://doi.org/10.1108/JFC-03-2023-0046
Manoli,
A. E., Antonopoulos, G. A., & Bairner, A. (2019). The inevitability of
corruption in Greek football. Soccer and Society, 20(2),
199–215. https://doi.org/10.1080/14660970.2017.1302936
Mohammadi,
M. (2024). Loyola of Los Angeles International and Comparative Law Review
Corruption and Competition : The Wrong Goal in Football Corruption and
Competition : The Wrong Goal in Football. 46(3).
Ometto,
L., Vasconcellos, F. V. A., Cunha, F. A., Teoldo, I., Souza, C. R. B., Dutra,
M. B., O’Sullivan, M., & Davids, K. (2018). How manipulating task
constraints in small-sided and conditioned games shapes emergence of
individual and collective tactical behaviours in football: A systematic
review. International Journal of Sports Science and Coaching, 13(6),
1200–1214. https://doi.org/10.1177/1747954118769183
Özsarı,
A., & Görücü, A. (2023). Moral decision-making attitude and psychological
well-being: reflections from various sports branches. Physical Education of
Students, 27(5). https://doi.org/10.15561/20755279.2023.0509
Romadhon,
I. H., & Suhartono, S. (2023). Urgensi Pemberlakuan Lex Sportiva Apabila
Terdapat Unsur Pidana Pada Kasus Pengaturan Skor Olahraga Sepakbola. Bureaucracy
Journal: Indonesia Journal of Law and Social-Political Governance, 3(1),
859–870. https://doi.org/10.53363/bureau.v3i1.220
Singer,
J. N., Harrison, C. K., & Bukstein, S. J. (2010). A Critical Race Analysis
of the Hiring Process for Head Coaches in NCAA College Football. Journal of
Intercollegiate Sport, 3(2), 270–296.
https://doi.org/10.1123/jis.3.2.270
Veno, A.
(2016). Analisis Manajemen Kepemimpinan Melalui Aplikasi Swot Pada Organisasi
Pssi (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Benefit: Jurnal Manajemen Dan
Bisnis, 1(1), 1. https://doi.org/10.23917/benefit.v1i1.2360