Rosadi Jamani |
Semakin ramai publik membicarakan rencana pertemuan Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarno Poetri. Wajarlah, karena saat di Pilpres lalu, dua pimpinan partai politik besar itu beda dukungan. Berdasarkan hasil perhitungan di KPU, Prabowo lah pemenangnya. Tapi, Megawati belum mengakui secara resmi, menunggu hasil sidang sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK). Di saat menunggu hasil sidang MK, dua tokoh ini dijadwalkan akan bertemu. Tentu saja ini pertemuan itu sangat ditunggu. Apakah ini sebagai tanda PDIP mengakui kemenangan Prabowo, lalu menjalin koalisi di pemerintahan Prabowo. Atau, sebaliknya Megawati menolak koalisi dan lebih memilih berseberangan dengan Prabowo. Semua belum ada yang tahu.
Rencana pertemuan itu menarik untuk dibedah
dengan Teori Koalisi dari William H. Riker. Dalam bukunya “The Theory of
Political Coalitions” ia menjelasan, koalisi politik terbentuk dan bertahan
dalam sistem politik
Pertemuan antara Prabowo dan Megawati dapat
dianalisis sebagai strategi koalisi politik. Meskipun keduanya berasal dari
partai politik yang berbeda, ada kemungkinan pembentukan koalisi untuk
mengamankan kepentingan politik masing-masing, terutama mengingat besarnya
pengaruh dan basis pemilih yang dimiliki oleh keduanya
Potensi koalisi antara Prabowo dan Megawati
memiliki dampak yang signifikan terhadap dinamika politik di Indonesia.
Pembentukan koalisi ini dapat mengubah lanskap politik, mempengaruhi strategi
dan narasi dari berbagai partai politik lainnya, serta mempengaruhi hasil dari
Pilpres 2024
Keuntungan dan Kerugian Koalisi
Apabila Megawati memilih berkoalisi dengan
Prabowo, memang ada sejumlah keuntungan didapatkan. Koalisi memungkinkan partai
politik di parlemen satu suara. Upaya pengambilan keputusan menjadi cepat,
tidak berlarut-larut
Koalisi juga memiliki sisi buruk. Salah satu
kerugian utama dari koalisi adalah risiko kompromi ideologi dan prinsip antara
partai-partai koalisi, yang dapat mengaburkan identitas dan tujuan
masing-masing partai
Koalisi dapat mengalami ketidakstabilan
internal akibat perbedaan pendapat dan konflik antara partai-partai koalisi.
Ini dapat mengganggu kinerja pemerintahan
Dalam konteks politik Indonesia, koalisi
politik telah menjadi fenomena yang umum, terutama dalam sistem politik yang
multi-partai. Meskipun memiliki keuntungan tertentu, koalisi juga memiliki
risiko dan tantangan yang harus dihadapi oleh partai-partai politik yang
terlibat. Oleh karena itu, strategi dan kalkulasi politik yang tepat sangat
penting dalam membentuk dan mempertahankan koalisi politik. Potensi koalisi ini
juga dapat memberikan sinyal positif terhadap stabilitas politik nasional.
Dalam konteks polarisasi politik yang semakin meningkat, adanya kerjasama
antara dua tokoh besar seperti Prabowo dan Megawati dapat diartikan sebagai
upaya untuk membangun rekonsiliasi politik dan menyatukan bangsa.
Kesimpulan
Pertemuan antara Prabowo Subianto dan Megawati
Soekarnoputri, meskipun masih dalam spekulasi. Bisa saja apabila pertemuan itu
benar-benar terealisasi, koalisi terbentuk atau PDIP memilih di luar
pemerintahan. Semua serba spekulasi. Di balik semua itu, ada keuntungan dan
kerugian apabila terjadi koalisi. Semua itu merupakan sebuah proses politik
untuk lebih mendewakan Indonesia yang lebih baik.
Referensi
Aleksanyan,
E., & Margaryan, M. (2023). Coalitions as a Factor in the
Institutionalization of the Transition to Democracy. Wisdom, 26(2),
31–38. https://doi.org/10.24234/wisdom.v26i2.990
Bachrach,
Y., Elkind, E., Meir, R., Pasechnik, D., Zuckerman, M., Rothe, J., &
Rosenschein, J. S. (2009). The cost of stability in coalitional games. Lecture
Notes in Computer Science (Including Subseries Lecture Notes in Artificial
Intelligence and Lecture Notes in Bioinformatics), 5814 LNCS,
122–134. https://doi.org/10.1007/978-3-642-04645-2_12
Barokah,
F., Maryanah, T., Darmastuti, A., & Hertanto, H. (2022). Disrupsi Politik.
Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 21(1), 1–13.
https://doi.org/10.35967/njip.v21i1.273
Hou, D.,
Lardon, A., & Sun, H. (2020). On the Internal and External Stability of
Coalitions and Application to Group Purchasing Organizations. SSRN
Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.3622118
Kashwan,
P. (2012). Do Coalition Governments Bring Economic Stability? 1 . International
Studies Review, 14(4), 628–631. https://doi.org/10.1111/misr.12000
Meireles,
F. (2024). Política Distributiva em Coalizão. Dados, 67(1),
1–50. https://doi.org/10.1590/dados.2024.67.1.308
Nagorcka-Smith,
P., Bolton, K. A., Dam, J., Nichols, M., Alston, L., Johnstone, M., &
Allender, S. (2022). The impact of coalition characteristics on outcomes in
community-based initiatives targeting the social determinants of health: a
systematic review. BMC Public Health, 22(1), 1–26.
https://doi.org/10.1186/s12889-022-13678-9
Oszkay,
Y. (2024). Sharing Homes and Beds: Baptist-Bootlegger Coalitions and the
Politics of Authenticity in the Regulation of Los Angeles’s Short-Term Rental
Markets. In Urban Affairs Review (Vol. 60, Issue 1).
https://doi.org/10.1177/10780874231162938
Spanier,
J., Guerrero Lara, L., & Feola, G. (2024). A one-sided love affair? On the
potential for a coalition between degrowth and community-supported agriculture
in Germany. Agriculture and Human Values, 41(1), 25–45.
https://doi.org/10.1007/s10460-023-10462-2
Sukmawan,
D. I., & Pratama, S. (2023). Critical Review of the Constitutional Court’s
Decision on the Presidential Threshold. Jurnal Konstitusi, 20(4),
556–575. https://doi.org/10.31078/jk2041
Vinogradova,
G., & Galam, S. (2013). Rational instability in the natural coalition
forming. Physica A: Statistical Mechanics and Its Applications, 392(23),
6025–6040. https://doi.org/10.1016/j.physa.2013.07.065
Wurthmann,
L. C., & Krauss, S. (2024). The closer, the better–How perceived
ideological proximity between parties affects the emergence of coalition
preferences. Political Research Exchange, 6(1).
https://doi.org/10.1080/2474736X.2024.2303130