Suasana pembukaan seminar internasional |
Marhamah, Dosen UNU Kalimantan Barat
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalimantan Barat, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Pontianak, dan Universitas Islam Sultan Sharif Ali (Unissa) Brunei Darussalam berkolaborasi menyelenggarakan seminar internasional bertajuk "Tantangan dan Peluang Pendidikan di Era Digital: Memperkuat Moderasi Beragama" pada Rabu, 3 Juli 2024. Seminar ini diadakan di Auditorium IKIP PGRI dan dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi, lembaga pendidikan, dan instansi terkait.
Seminar internasional ini mengangkat tema moderasi beragama sebagai
respons terhadap tantangan dan peluang pendidikan di era digital. Era digital
membuka akses yang luas terhadap informasi dan pengetahuan, namun juga
menghadirkan potensi penyebaran informasi yang salah dan ujaran kebencian. Oleh
karena itu, moderasi beragama menjadi penting untuk ditanamkan dalam pendidikan
agar generasi muda dapat berpikir kritis, toleran, dan menghargai perbedaan.
Adapun peserta dari seminar ini adalah mahasiswa UNU Kalbar dan IKIP
PGRI, serta para dosen-dosen dari UNU Kalbar, IKIP PGRI, dan IAIN Pontianak.
Seminar moderasi beragama dihadiri oleh beberapa narasumber ternama di
Indonesia dan Brunei Darussalam, yakni Dr. Cecep Soleh Kurniawan, dosen
Universitas Unissa Brunei Darussalam, Prof. K.H. Ali Masykur Musa, M.Si, M.Hum,
Ketua Umum PB ISNU dan Guru Besar Universitas Islam Malang (UNISMA) Jakarta,
Prof. Dr. H. Zeenuddin Hudi Prasojo, M.A, dan Dr. Basuki Wibowo, M.Pd.
Para narasumber dalam seminar ini memaparkan berbagai materi yang
terkait dengan tema seminar, seperti peran pendidikan dalam membangun moderasi
beragama di era digital, tantangan dan peluang implementasi moderasi beragama
dalam kurikulum pendidikan, strategi menumbuhkan karakter moderat pada peserta
didik, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mempromosikan
moderasi beragama. Seminar internasional ini diakhiri dengan sesi tanya jawab
dan diskusi yang diikuti dengan antusias oleh para peserta. Banyak pertanyaan
dan komentar yang mencerminkan tingginya minat mereka terhadap tema seminar
ini.
Moderasi beragama menjadi topik penting di Indonesia dan Brunei
Darussalam, dua negara dengan mayoritas penduduk muslim. Memahami ruang lingkup
dan persamaannya di kedua negara ini penting untuk mempromosikan pemahaman
Islam yang moderat dan toleran.
Di Indonesia, moderasi beragama dimaknai sebagai penengah antara
ekstremisme dan liberalisme. Moderasi Islam di Indonesia berusaha mencari
keseimbangan antara dua kutub ekstrem, yaitu ekstremisme yang kaku dan
liberalisme yang kebablasan. Penghargaan terhadap keragaman juga menjadi bagian
penting, mengingat Indonesia dengan kekayaan budayanya menjunjung tinggi
toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. Moderasi Islam di
Indonesia selaras dengan prinsip ini. Penekanan pada nilai-nilai universal Islam
seperti keadilan, kasih sayang, dan kemanusiaan universal menjadi landasan
moderasi Islam di Indonesia. Selain itu, moderasi Islam di Indonesia tidak
mengabaikan budaya lokal yang telah mengakar kuat di masyarakat, justru
berusaha mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal.
Di Brunei Darussalam, moderasi beragama memiliki beberapa kesamaan
dengan Indonesia namun dengan beberapa penekanan khusus. Penekanan pada mazhab
Syafi'i sangat kental di Brunei Darussalam, sehingga moderasi Islam di sana
berpegang teguh pada prinsip-prinsip mazhab ini. Penerapan syariat Islam secara
menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara juga menjadi ciri khas
moderasi Islam di Brunei Darussalam, yang memastikan penerapan syariat
dilakukan dengan adil dan toleran. Budaya Melayu yang kental di Brunei
Darussalam menjadi salah satu pilar moderasi Islam di negara ini. Nilai-nilai
seperti kesantunan, musyawarah, dan gotong royong selaras dengan
prinsip-prinsip Islam moderat.
Meski terdapat banyak kesamaan dalam prinsip-prinsip dasar seperti
penegakan nilai-nilai universal Islam, toleransi, dan penolakan terhadap
ekstremisme, moderasi beragama di Indonesia dan Brunei Darussalam menunjukkan
kekhasan masing-masing negara. Indonesia menekankan pada nilai-nilai universal
Islam dan keragaman budaya, serta mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan
budaya lokal. Sementara itu, Brunei Darussalam menekankan pada mazhab Syafi'i,
penerapan syariat Islam, dan nilai-nilai Melayu. Pendekatan di Indonesia
berusaha menjadi penengah antara ekstremisme dan liberalisme, sedangkan di
Brunei Darussalam penerapan syariat Islam yang moderat dan toleran menjadi
fokus utama.
Seminar internasional yang diselenggarakan oleh UNU Kalbar, IKIP PGRI,
dan Unissa ini merupakan langkah penting untuk memperkuat moderasi beragama di
era digital. Seminar ini telah menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat
untuk kemajuan pendidikan dan pemahaman agama di Indonesia dan Brunei
Darussalam. Diharapkan hasil seminar ini dapat diimplementasikan dalam berbagai
kebijakan dan program pendidikan di kedua negara. Memahami persamaan dan
perbedaan moderasi beragama di Indonesia dan Brunei Darussalam penting untuk
membangun pemahaman Islam yang moderat dan kontekstual di kedua negara.*